Suasana tegang menyelimuti Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta saat sidang lanjutan kasus dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) DPR RI dan perintangan penyidikan dengan terdakwa Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, kembali digelar. (Foto/Istimewa)
KOMUNALIS.COM, POLITIK - Suasana tegang menyelimuti Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta saat sidang lanjutan kasus dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) DPR RI dan perintangan penyidikan dengan terdakwa Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, kembali digelar (24/4). Sejak pagi, aparat kepolisian menutup akses jalan di sekitar pengadilan menyusul membeludaknya massa dari berbagai kelompok.
Tak hanya relawan dan simpatisan PDI Perjuangan yang hadir memenuhi area pengadilan, kerumunan massa lain mengenakan kaos putih bertuliskan “Save KPK” juga terlihat. Keberadaan dua kubu berbeda memicu kekhawatiran akan potensi bentrokan, memaksa aparat menyiagakan kendaraan taktis termasuk satu unit water cannon.
Agenda sidang hari ini adalah pemeriksaan saksi oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tiga saksi yang dihadirkan memiliki keterkaitan langsung dengan perkara mantan Komisioner Bawaslu Agustiani Tio Fridelina, kader PDIP Saeful Bahri, dan pengacara PDIP Donny Tri Istiqomah—yang ironisnya, juga telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang sama.
Ketegangan sempat meningkat ketika sejumlah masyarakat yang ingin menyaksikan jalannya sidang mengaku mendapat intimidasi dari oknum Satgas PDIP.
Moh Gufron, salah satu masyarakat sipil yang ingin melihat berjalannya persidangan memberikan kesaksian atas intimidasi dan penjegalan yang dilakukan oleh Satgas PDIP ketika hendak memasuki ruangan sidang. “Apakah saya bisa mengintervensi hakim? Kan tidak. Terus dengan alasan apa saya dijegal?” ujarnya.
“Kalau dengan kehadiran saya tidak merubah (Putusan Hakim) kenapa saya dibatasin?” lanjutnya.
Situasi yang kian memanas ini menunjukkan bahwa perkara yang menjerat Hasto tak lagi hanya menjadi proses hukum biasa, melainkan telah berubah menjadi pertarungan persepsi dan kekuatan politik di ruang publik. (Noer/Red)
Recommended Post
Leave a Comment