Kecaman publik terhadap perkataan kasar seorang tokoh agama yang tidak pantas. (Foto/Warungsastra)
KOMUNALIS.COM, BERITA - Magelang kembali bergemuruh ketika MIftah Maulana Habiburrahman, atau yang kerap disapa Gus Miftah, pendakwah ternama sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama menjadi sorotan usai videonya viral di media sosial. Momen itu terjadi saat ia mengisi pengajian di Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu (20/11), dimana seorang penjual es teh menjadi sasaran ucapannya yang dinilai kasar dan merendahkan.
Dalam video yang dibagikan di media sosial X pada akun @DS_yantie, Gus Miftah terlihat bertanya kepada seorang penjual es teh di tengah pengajian. Alih-alih menyampaikan pertanyaan dengan nada lembut, ia melontarkan kata kasar yang memicu tawa sebagian jamaah.
"Es tehmu sih akeh (masih banyak) enggak? Ya sana jual goblok! Jual dulu, nanti kalau belum laku ya sudah, takdir," ucap Gus Miftah sambil lalu tertawa.
Sikap ini bukan hanya dianggap melecehkan profesi sang penjual, tetapi juga mempermalukannya di depan umum. Guyonannya soal takdir dan cuaca membuat banyak pihak merasa empati kepada penjual es yang terlihat menahan marah di akhir video.
Ulah Gus Miftah ini segera menuai kritik dari berbagai kalangan. Umar Hasibuan, kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dengan tegas menyatakan bahwa dakwah semacam itu jauh dari ajaran Rasulullah.
"Rasulullah gak pernah mengajarkan kita untuk menghina atau membully saat berdakwah. Bercandamu tidak lucu, Miftah. Mulutmu keterlaluan menghina orang tidak mampu," tulisnya di akun X.
Tak hanya tokoh politik, ratusan warganet juga menyuarakan kekecewaan mereka. Ada yang menyebut Gus Miftah tak pantas menyandang status sebagai pendakwah, sementara yang lain mengasihani sang penjual es. "Semoga rasa pedih bapak penjual es jadi tiket dari Allah untuk masuk surga," tulis salah satu warganet.
Gus Miftah belum memberikan tanggapan langsung. Namun, sahabat dekatnya, Muhammad Yusuf Chudlory, memberikan klarifikasi. Menurutnya, gaya komunikasi Gus Miftah yang santai sering disalahpahami.
"Itu guyonan biasa. Gus Miftah sering borong dagangan jamaah, jadi tolong jangan dipotong videonya. Pahami konteks keseluruhan", ujarnya.
Namun, pembelaan ini justru memperbesar jurang perbedaan pendapat. Sebagian menganggap klarifikasi ini sebagai pembenaran yang tidak tepat, sementara yang lain menilai publik terlalu cepat menghakimi tanpa memahami konteks.
Peristiwa ini menjadi cermin bahwa kata-kata, meski dalam konteks bercanda, tetap memiliki dampak yang besar. Dakwah seharusnya menjadi medium menyampaikan pesan damai, bukan arena untuk melukai hati. Bukan hanya Gus Miftah yang diuji, tetapi juga masyarakat, apakah mampu bijak dalam menilai atau sekadar ikut arus emosi yang membara. (Zidan/Red)
Recommended Post
Leave a Comment